Jumat, 14 Maret 2014

Tentang Eksperimen Ketenangan

     

     Pernahkah kalian merasakan indahnya ketenangan?. Hembus suara angin, gemercik air, dan beberapa suara misterius yang terkadang berasal dari arah organ pembuangan kita terasa begitu syahdu surgawi di suasana yang tenang. Bagi beberapa orang yang suka memanjakan kedipan mata sampai larut malam pasti lah sering merasakan suasana ini. Begitu juga dengan saya, seorang mantan alien yang belum sepenuhnya beradaptasi dengan siklus hidup manusia. Tiap hari saya habiskan hidup sampai hari lain datang menjemput. Maksudnya, saya baru bisa tidur kalau sudah lebih dari jam 12 malam. Sebelum jam itu, mustahil.
     Karena itu saya biasanya mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat sambil menunggu hari berganti. Misalnya dengan mengerjakan tugas kuliah, menjadi asisten ibu memasak, mengajari adik belajar, dan membantu Ultraman mengalahkan Godzilla. Terkadang kalau saya sedang suntuk sih, cuma tidur-tiduran dipojok kamar sambil menancapkan earset di telinga. Dengan earset tersebut saya menikmati perpaduan kesendirian, ketenangan, dan nada-nada indah berangkaian. Enggak, saya enggak menggalau dengan cara beginian. Apa-apaan menggalau dengan cara beginian. Kalau saya galau mah nggak begini, palingan cuma ngemil Baygon campur Bon Cabe 5 bungkus. Justru dengan menyendiri dan menikmati ketenangan dengan musik saya bisa sejenak melupakan segala masalah duniawi dan menjadi fresh kembali. Dan musik yang mendukung untuk hal tersebut adalah post-rock.
     Post-rock adalah salah satu anak dari musik rock. Bedanya dengan saudara-saudara yang lain, post-rock bisa sangat kalem namun bisa juga jadi sangat liar. Mmmmm, gimana yaa, sulit juga sih menjelaskan musik lewat tulisan. Kalo kata Om Wiki sih begini. Tapi kalo menurut saya simpelnya sih post-rock itu musik yang menggunakan kebebasan dalam mengeksplorasi instrumen dan perasaan. Musik ini mengutamakan texture dan timbre daripada power chord. Weleh katanya simpel tapi pake bahasa kelas musik yaa, ehehe. Pas ndengerin musik ini, biasanya bermula dari sebuah ambiensi atau ketenangan, sayup-sayup instrumen yang biasanya-tidak-biasa kemudian mulai terdengar. Setelah itu anda akan dibawa masuk ke perasaan inti yang dituangkan di lagu tersebut. Bisa tetap tenang misterius, nada-nada ceria, atau mengeras mencoba melambangkan kemarahan. Yah, tapi namanya juga (Post-), nggak ada batasan khusus mengenai genre ini. Instrumen musik yang digunakan juga beragam dari mulai gitar, bass, dan drum (formasi biasa) sampai ditambah dengan piano, pianika, flute, violin, biola, terompet, saxofon, atau alat-alat lainnya deh yang penting bunyi. Cara memainkannya? terserah anda, kan tidak ada batasan. Sesuka anda asalkan bunyi dan bersinergi. Si Jonsi vokalis Sigur Ros misalnya, dia kadang main gitar dengan cara digesek pake penggesek biola. Yang penting sih, memainkan instrumen dan musik apapun (bahkan bukan rock) tapi dengan jiwa rock kemudian mengeksplorasinya dan bereksperimen. HAHAHAH. correct me if i'm wrong.
     Daripada cuma baca mending langsung mendengarkan, asyik kok apalagi pas tenang-tenang tengah malem. Bisa dicoba search di tab soundclound band-band macem Godspeed You! Black Emperor, Mono, Hammock, This Will Destroy You, Sigur Ros, Explosions in The Sky, God Is An Astronaut, Caspian, dll. Kalo saya pribadi sih lebih sering dengerin 4 band terakhir yang saya sebut itu. Apalagi Sigur Ros, mmmmmhhhhh, bagi saya sih mother of modern post-rock yang bisa bikin eargasm. Aiiiihhhhh, telinganya muncrat pas dengerin lagu "Hoppipolla", "Inní Mér Syngur Vitleysingur", dan "Saeglopur". Kalo untuk yang band lokalan sih coba cek soundcloud Post-rock Indonesia, lagu-lagunya nggak kalah menggetarkan kholbu kok.
     Nah, dari waktu-waktu telinga saya mendengarkan post-rock dikala sendirian dan tenang tengah malam tersebut, saya jadi tergerak buat mencoba main. Alat seadanya berupa gitar akustik yang dikaitkan dengan pick-up antah berantah menjadi modalnya. Dengan dibantu beberapa efek aneh dari Guitar Rig 5 di leptop juga, saya mencoba mengeksplorasi 1 alat tersebut. Terinspirasinya sih dari film dokumenter Sigur Ros yang berjudul Heima. Salah satu personilnya(lupa namanya) kan suka menyendiri dan bikin bunyi-bunyian aneh gitu dari benda-benda di sekitar buat ngisi waktu luang. Hahah. Maka dari itu lagu eksperimen ini saya namai pake bahasa negara asal band tersebut, Islandia. Inilah "Ég hef reynt harður", silahkan didengar dikala sendirian tengah malam,  pakai earset juga sebagai tambahan :
 


     
     Ég hef reynt harður = Saya sudah berusaha keras. Ya, setelah seharian menjalani aktivitas dengan tenaga penuh, saya ingin merebahkan badan dan mengistirahatkan pikiran. Bersama nada lembut namun berisik di telinga yang mencoba membuat lupa masalah dunia.
     Ngomong-ngomong, itu liriknya emang antah berantah juga. Asal bunyi, asal mirip-mirip Icelandic tapi bukan. Mari kita sebut Aliendic !!!!. Hahah. Sebenernya ada beberapa hasil eksperimen lain, tapi lain kali aja deh yaa saya sebarinnya. Lagian cuma ngrekam langsung pake HP jadi kurang jelas dan noisy. Saya bilang "lain kali" biar bisa diperbaiki dan coba eksplorasi pake tambahan instrumen lain. Serta ajak temen sekalian deh kalau ada. Anda tertarik? yuk main dan menikmati ketenangan bersama :)

Sabtu, 08 Februari 2014

Tentang Sesuatu: Yang Dulu, Rasa Baru (Part. II)



      Setelah kita membicarakan intro bahasan dibagian ini, sekarang jari-jemari saya akan mengantarkan anda pada klimaks. Yeaaaaahhhhhh ohhh myyy goaaaat. Ihhhh kimochiiiiii~ . Ah, Apaan sih. Jari-jemari saya akan mengetik Klimaks bahasan tulisan random yang kemaren maksudnya.
Jikalau ada satu dari kalian belum membaca intronya, langsung saja klik link itu tadi ya. Nggak tau apa itu link? Yaa amplop, makanya kamu jomblo. Makanya kamu sebentar lagi akan jomblo (bagi pembaca yang ber-relationship).
Sungguh, sangat penting untuk mendalami intro terlebih dahulu sebelum mendapat sebuah klimaks. Karena dengan intro kamu bisa menguatkan mental, membuat pikiran tidak dangkal, dan mencapai berat badan ideal. Sebegitu pentingkah intro? Iya, kemaren tetanggaku divonis kanker feses gara-gara nyanyi sebuah lagu langsung pas REFF-nya (klimaks) tanpa sebuah intro. Kata dokter sel-sel feses di usus besarnya mengalami mutasi genetik akhibat kejutan tiba-tiba dari sebuah REFF lagu dangdut koplo. Begitu naas, manusia memang ringkih dalam menerima sesuatu hal yang mengejutkan secara tiba-tiba. Makanya jangan coba-coba untuk mendapat klimaks tanpa intro. Nih sekali lagi aku kasih link intro bahasan ini. Ini nih klik.
Saya beri waktu sana buat baca dulu, yang udah baca silahkan tunggu dengan ditemani penampakan sampel feses yang terkena kanker berikut ini:

Ilustrasi: Mutasi genetik feses, penyebab kanker



Yak . . . .

Blog di masa kini telah menjadi sebuah hal yang patut untuk diketahui setiap insan manusia di muka dunia maya. Bagaimana tidak, blog bagi para penjelajah dunia ini sudah menjadi salah satu wadah paling nyaman untuk bersinggah. Layaknya sebuah rumah di dunia nyata, blog menampung segala pemikiran, uneg-uneg, keluh-kesah sehari-hari, informasi dari manapun, bahkan sampah dari pikiran kita. Kalo blog adalah rumah, lalu media sosial kayak Fesesbook, Tititwer, dan Batu dinding goa itu termasuk apa? Hmmmm. Bisa diperumpamain kalo Blog itu rumah kontrakan lah, masih nyewa ke yang punya tanah sama bangunan dari blogger, wordpress, dll. Sedangkan kalo  media sosial itu cuma kos-kosan, nyewa ruang doang yang notabene terbatas untuk gerak-gerik dan berbicara. Kita bisa sih ganti wallpaper, pajangan foto kita, dan pernik-pernik kecil lainnya. Tapi ruang kecil tersebut nggak bisa seutuhnya kita ubah konsep besarnya kayak blog. Di Tititwer cuma bisa nulis maksimal 140 karakter, tapi blog bisa nulis skripsi sampe muter-muter. Kalo di Fesesbook cuma bisa jualan barang hanya di album-album foto yang udah ditentuin, di blog bisa bikin toko pribadi yang lengkap dengan etalase dan rumbai-rumbai hiasan sebuah kompleks pertokoan. Disamping kos-kosan dan kontrakan tentunya ada yang udah punya rumah pribadi. Rumah pribadi tersebut adalah website! Uehehehe.ulalalala. selamat kepada yang udah punya rumah pribadi di dunia maya, semoga pendamping hidupmu yang awal kenalan dulu lewat dunia maya cakepnya nyata.
Kembali pada jalur klimaks bahasan, seperti penjelajah dunia maya lainnya blog bukan sesuatu yang baru buat saya. Kenal sama blog udah dari masa tansisi SMP-SMA dengan difasilitasi oleh komputer pentium 4 paling tinggi speknya (kuat main minesweeper tanpa lag, widiiiiih). Dulu pun saya pernah mempunyai sebuah blog yang tak berisi gitu. Males nulis panjang-panjang sih soalnya. Apalagi tak berselang lama kemudian Fesesbook yang baru lahir di dunia maya mempunyai efek besar pada tujuan persinggahan para penjelajah. Semua mulai berbondong-bondong teralihkan perhatiannya kesana, tak terkecuali diri saya yang labil ini. Dimulai membuat akun, saya kemudian aktif di Fesesbook, jauh lebih aktif daripada di blog tentu saja. Tiap menit saya nulis dan ngepost berisi cerita sehari-hari dan foto-foto terbaru. Akhir-akhirnya post saya mengarah ke curhat,  mengarah ke menye-menye sedih, kemudian mengarah ke sebuah trend hina sepanjang masa bernama : Alay. Layaknya seorang programmer yang cekatan mengetik kode-kode pemrograman, saya dulu juga lihai mengetik kode-kode bahasa alien di tembok Fesesbook. Dan layaknya artis terkenal yang video bokep dan foto syurnya tersebar luas di internet, saya juga tak mau kalah dengan menyebar foto-foto pribadi dengan berbagai gaya yang menggoda. Bedanya kalo foto syur artis bikin birahi, kalo foto saya bikin impotensi.


“Saya mengakui kalau saya pernah alay. Karena alay adalah salah satu tahap menuju kedewasaan. Dan untuk menjadi dewasa sempurna, mengakui kesalahan dan menerima tiap kekurangan masa lalu adalah sebuah keharusan” – Jagad , dalam Deklarasi Penyucian Diri Dari Partikel Alay, 2010.


Setelah keadaan diri saya suci, tentu saja lingkungan Fesesbook yang masih banyak tercemari orang-orang yang belum bertaubat membuat saya tdak bisa tinggal lebih lama. Terbesit dipikiran untuk kembali ke kontrakan lama di blogger. Namun sayang, seseorang yang pernah saya sayang mengenalkan saya pada sebuah tempat singgah baru. Kos-kosan tersebut bernama Tititwer. Sama seperti namanya, Tititwer disukai banyak wanita dan banyak juga pria yang punya. Ah maksudnya ngetren lah dikalangan mana saja. Tak berselang lama saya mulai kecanduan main sebut-sebutan di timeline. Sembarang ngomong singkat dan berinteraksi dengan padat antarsesama pengguna menjadi makanan pokok sehari-hari hingga menjadi keterusan sampai kini. Akhirnya saya tidak pernah kembali ke kontrakan saya yang lama di blogger. Waktu silih bergantian dari menit ke jam, dari jam ke hari dan bulan. Blog saya tertelantarkan, dirundung kesendirian, dan terus-terusan dinaungi kekosongan.
Akhir-akhir kemarin otak kecil saya mulai berbicara. Dia merasa jenuh dengan tulisan yang gitu-gitu aja. Wadah yang lebih besar untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran mutlak dibutuhkan. Apalagi saya udah menginjak masa-masa yang menuntut untuk banyak menulis. Ya, masa perkuliahan. Tiap saat tugasnya nulis, ujian nulis, mau lulus juga kudu nulis. Jadi ada baiknya saya membiasakan menulis juga. Dalam format panjang dan bermuatan tentu saja. Karena ujian nggak akan bisa dapet A walau jawaban kita banyak yang ngretweet. Skripsi sampai zaman kaca busuk pun juga kagak bakal lolos kalau isinya cuma 140 karakter. Maka dari itu saya kemudian mencari jalan menuju alamat kontrakan blogger saya yang dulu untuk kembali nulis blog.
      Namun betapa terkejutnya bulu ketek saya saat sampai di halaman blog lama. Tempat yang telah lama ditinggalkan itu kini sedang digunakan untuk tempat uji nyali program dhemit-dhemit oleh salah satu  saluran televisi rahasia di Indonesia. Begitu masuk di halaman depan saya disambut pria bergundul siomay dengan jubah hitam menatap tajam ke arah saya. Diikuti juga oleh beberapa kru yang memakai seragam kerja bertuliskan (Masih) Dunia Janin di bagian perutnya. Saya yang tak peduli karena sedang kangen berat sama si blog lama mulai masuk lebih dalam. Suasana begitu gelap dan memang terasa mencekam mengingat tempat tersebut telah lama ditinggal dalam kekosongan. Sambil sesekali mengamati pojok ruang serta atap yang banyak terbangun sarang laba-laba dan burung onta, saya terheran-heran karena menemukan beberapa kamera CCTV yang terpasang rapi. Sepertinya saya dulu nggak punya cukup uang untuk beli barang mesum seperti itu. Dari arah ruang tengah terlihat cahaya seperti lilin yang ditunggui oleh seseorang. Wah, ternyata ada orang baik yang menjaga blog lama saya selama ini agar tidak kemalingan, saya harus berterimakasih tentu saja. Kemudian saya mempercepat langkah untuk menghampiri seseorang yang terindentifikasi seperti lelaki tersebut. Saat saya sampai tepat di depannya, tatapan mata kaget dan ekspresi melongo kuda nil tiba-tiba terinstall di wajahnya. Sambil melambaikan kedua tangan dan mengarah-arahkannya ke tiap sudut ruangan, orang yang nyatanya  beneran lelaki tersebut berteriak:

“Toloong, saya nggak kuaaaaaat, sayaaa udah nggak kuaaaat”

“wah, wah, kenapa mas ada apa mas?”, balas saya ikutan panik

“Aaaaaaaaaakkkkkkkk”, lelaki tersebut malah ejakulasi dini tambah berteriak keras

“saya nggak kuaat, beneran, saya nggak kuaaaat”

Dengan segenap perasaan dari hati yang terdalam, saya mencoba tetap tenang dan memegang erat kedua tangan lelaki tersebut.

      “Mas, yang tabah mas, tetap kuat. Saya tau kok rasanya melihat dirinya pergi berpaling dengan lelaki lain. Saya tau rasanya mas. Kita sependeritaan. Sini saya peluk”

       “ . . . . . . . . . . . . . . . “

. . . . . . . . . . . . . . . . . .  *peluk*


Tiba-tiba si pak gundul berjubah dan kru-krunya yang tadi ada di halaman depan muncul berlarian ke arah ruang tengah tempat kita berpelukan. Mereka mengambil ancang-ancang menyergap kami. Saya yang sibuk berpelukan dan lelaki tadi yang ternyata sudah pingsan tidak bisa menghindari sergapan. Kami dipisahkan, lelaki tersebut dibawa beberapa kru pergi, dan saya . . . . saya tidak ingat lagi apa yang terjadi setelah itu. Yang saya ingat, saya terbangun dengan pantat yang terasa sakit sekali untuk duduk. Lalu ada sobekan kertas di sebelah saya yang bertuliskan: “Kau hancurkan skenario program kami, kami hancurkan masa depanmu”.
        Semenjak itu saya takut kembali ke blog saya yang lama. Tapi hal itu tidak mengurungkan niat untuk kembali menjamah dunia bloging lagi. Akhirnya saya putuskan untuk menyewa kontrakan yang baru pada blogger. Dan huwala, kontrakan sederhana yang sedang kau scroll inilah hasilnya. Sesuatu yang baru terasa di berbagai sisi walau ini hanya blog, hal yang dulu pernah saya jamah. Mengawali posting dengan hal-hal tulisan random sepertinya tidak begitu buruk. Hal-hal yang serius kan udah banyak dilakuin di dunia nyata, bosen juga jadi makhluk serius terus-terusan. Lagian ini kan dunia maya, kenapa kata-kataku harus nyata?. 
      Tapi mungkin kedepannya tetep ada lah ya bahasan-bahasan serius untuk latihan nulis skripsi atau latihan melamar dirinya. Kemungkinan sih arah kontrakan ini akan mengarah ke seni hiburan, fakta-fakta dunia, dan karya-karya fiksi. Tentu saja tak lupa topik curhat kehidupan sehari-hari saya seperi bahasan wajib bagi kontrakan lainnya. Jadi, sekian klimaks bahasan dari saya. Jika anda berkenan mari kita saling berfollow-followan seperti di Tititwer. Dan mari bersuka-sukaan seperti di Fesesbook. Saya masih perlu banyak belajar dari teman-teman senior yang sudah menghuni lama kontrakan seperti ini. Mohon bimbingannya~


Sabtu, 01 Februari 2014

Tentang Sesuatu: Yang Dulu, Rasa Baru




Pernahkah kalian merasakan suatu rasa yang berbeda dari hal yang telah lama kau kenal? Terasa baru dan belum pernah kau rasakan, padahal jelas-jelas “sesuatu” itu datang dari masa lalu yang telah kau jalani. Yang saya maksud “sesuatu” disini bukanlah mantan pacar. Bahasan kali ini juga bukan membahas tentang hukum balikan sama mantan menurut ajaran Lord Voldemort. Apalagi membahas hubungan kedalaman kenangan mantan dengan tingkat keberhasilan peserta uji nyali di acara (Masih) Dunia Manusia. Tentu bukan.
Memang “sesuatu” adalah kata yang abstrak dan memiliki banyak sekali penafsiran, bagi yang sedang dalam mood galau serta menafsirkan “sesuatu” sebagai spesies bernama mantan, silahkan tutup browser anda. Kemudian cuci tisu-tisu kotor yang berserakan di sekitar kasur anda sebagai bentuk penebusan dosa atas penodaan benda putih suci yang menjadi amis atas dasar kenangan mantan yang masih tersisa. Dengan begitu segel kemantanan di pikiran anda akan lenyap dan bisa mengikuti bacaan rumit ini dengan lancar jaya.
Berbicara mengenai “sesuatu”, sepertinya tidak enak kalau terus-terusan saya menggunakan tanda kutip (“) disekitarnya. Kesannya seperti sedang membicarakan hal yang kotor, cabul, mesum, atau apalah yang kurang sedap disajikan di khalayak ramai. Jadi nggak usah pake tanda kutip lagi  ya nyebut sesuatunya. Walau mungkin satu diantara pembaca yang kurang budiman menganggap bahwa sesuatu tanpa tanda kutip adalah sesuatu milik Yang Mulia Lord Syahroni. Cih, menyebalkan memang hidup di era kesesatan informatika dimana bokep-bokep dikuasai pakar telematika dan kata sesuatu hanyalah milik Lord Syahroni belaka.
Silahkan bagi para pengikut ajaran Lord Syahroni untuk menutup browser ini juga, kemudian siapkan kendaraan untuk menuju rumah saya. Akan saja jamu anda, kita pergi bersama, menuju ke rumah Anong tentunya, lalu saya tunjukkan secara gamblang bahwa Ashonty itu lebih cakep dari Syahroni!!!. Dengan begitu anda bisa membuka lebar mata, tayamun, bertaubat, kemudian menyadari bahwa Lord Syahroni bukanlah segalanya. Tiap-tiap orang di dunia memiliki sesuatu di masing-masing kehidupannya. Sesuatu bukanlah satu-satunya mantra ghaib milik you-know-who saja.

Evolusi Lord you-know-who, Penyanyi mantra : Sesuatuuu yang ada di hatimuuu~ sesuatuuu yang ada di hatiku~


Bagi saya sendiri, sesuatu yang saya utarakan disini adalah blog. Iya, blog. 

“Terus? Kenapa daritadi ngomongnya muter-muter bertele-tele ngalor-ngidul? Bilang aja dari awal kalau sesuatu itu blog, gampang kan?”, ungkap salah satu pikiran pembaca dengan diikuti bibir manyun-manyun ala ambeien style.

 Hei hei, sabarlah nak. Semua hal besar kan berawal dari sebuah pertele-telean. Kamu ada disini karena ayah dan ibumu yang berhubungan *tiiiitiiiiit* (sensor), hubungan tersebut tentu diawali dengan komunikasi dan pendekatan. Pendekatan apa yang dipakai mereka pertama kali? Yak, sebuah obrolan basa-basi yang bertele-tele. Kita semua bisa hidup di bumi ini juga berkat pertele-telean Adam dan Hawa kok. Coba aja dulu Adam adalah cowok cuek dan Hawa adalah wanita jual mahal yang nggak mau nengok pas disapa. Nggak akan ada kesempatan pertele-telean, nggak akan ada kesempatan untuk bikin keturunan, nggak akan ada manusia di bumi, bumi akan dikuasai Thyranosaurus!
Nah begitulah, malah nambah bertele-tele kan nih tulisan. Pfffttttt. Yaudah mari kita mulai bahas aja bagaimana bisa sih blog menjadi sesuatu yang dulu tapi berasa baru buat saya? Hmmmm. Nantikan di episode berikutnya yaa . . . . . sekalian menuh-menuhin blog baru ini lah kalau sekali nulis postnya dimutilasi . . . . . ahahahaha . . . . Brace yourselves, this is the end of beginning.

Lanjutan bisa dibaca disini (klik aja, kalo belum bisa diklik berarti belum terbit).

Sabtu, 25 Januari 2014

Kajian Historis Amis: Malem Mingguan Sebagai Warisan Budaya Kaum Pagan



Halo selamat datang! Salam sejahtera untuk kalian berdua yang sedang membaca tulisan ini. Iya, Kalian. Kamu entah siapa plus sesuatu di belakangmu. Lihat kagak? Kagak? Tengok belakang dulu deh . . . . .
Udah kelihatan? Yak. Baiklah sekarang kamu tahu ada panu di punggungmu. Yang setia menemanimu kemanapun kamu pergi dan dimanapun kamu kini. Walau kamu cuma lagi mojok dikamar menghindar dari hingar bingar pesta mingguan yang disebut oleh para kaum pagan sebagai malem mingguan, si panu akan tetap menemanimu tanpa embel-embel ngambek trus bilang “aku nggak papa”.
Tentunya kamu udah tahu dan nggak usah saya ingatkan lagi sekarang hari apa, karena HP-mu senantiasa mengingatkanmu dikala tiap menit ngecek inbox yang sepi dan penuh air mata itu. Tapi bagi yang anda nggak punya HP dan sekarang lagi browsing blog lewat telepati, saya bantu ingatkan bahwa hari ini adalah hari sabtu, atau sebut aja malem minggu (Jika tulisan ini kalian baca di hari lain, anggap saja hari ini malem minggu, oke? siap? . . . . tatap tulisan ini . . . fokus . . . dan anda anggap menganggap hari ini malem minggu . . . 1 . . .2 . . .3 . . . Yak.)


Seperti yang barusan tadi dibilang, sudah menjadi rahasia umum bahwa hari ini diperingati sebagai hari raya malem minggu oleh para kaum pagan. Kalau kamu nggak tahu kaum pagan, Itu loh kaum jaman jurrasic yang nggak ada kolom agama-agamaan di KTP mereka, jaman iPad masih terbuat dari batu dan kapur, jaman para mahasiswa berbondong-bondong dan beberapa saling gendong naik ke gedung DPR sambil meneriakkan aspirasi mereka yang berbunyi: “Turunkan gedung DPR! Turunkan gedung DPR! Biar kita bisa turun dari sini! Turuuunkaaan!”. Oh, oke yang terakhir itu jaman reformasi, bukan jaman yang dimaksud, jadi abaikan saja. Menurut om wikipedia yang kata para penggiat akademis dan penggiat amis-amis disebut-sebut tidak begitu valid, kaum pagan adalah suatu kaum yang menganut paganisme. Paganisme yaitu ajaran yang dianut oleh kaum pagan. Sedangkan kaum pagan adalah . . . . . Lah, kok muter. Tsaaaahhh, sudah ah berputar-putarnya, pusing. Cukup bumi dan kenangan tentangmu aja yang terus berputar. Oke serius, paganisme adalah sebuah kepercayaan/praktik spiritual pada zaman kuno yang percaya bahwa terdapat lebih dari satu dewa dan dewi di dunia ini yang bertindak sebagai pengatur jalannya kehidupan. Untuk media penyembahan, biasanya mereka menyembah poster Miyabi patung-patung, seperti yang ada di Mesir Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno, dan lain-lain itu loh. Dewa paling agung bagi mereka yaitu Dewa RA selaku dewa matahari. Ritual pemujaan terhadap Dewa RA ini biasanya (kalo dulu sih, seingat saya, maaf kalo salah, maaf aku telah mengkhianatimu dan berpaling pada yang lain) dilakukan seharian penuh. Karena itu mereka meliburkan diri dari segala pekerjaan dan urusan di satu hari tersebut. Hari itu kemudian disebut sebagai hari minggu atau sunday. Sun artinya cium :* , hasssh, sun artinya matahari dan day artinya hari. Bisa diterjemahkan secara harfiah, alamiah, dan basah sebagai hari yang dikhususkan untuk menyembah sang dewa matahari, RA.

Dewa RA yang diabadikan dalam kartu Yu-Gi-Oh!

Lalu apa hubungan malem minggu sama kaum pagan? Mungkin begitu pertanyaan yang muncul di benak kalian bagi yang tadi tidak membaca dengan seksama. Dan mungkin bagi yang tadi membaca dengan seksama serta serius menganalisis pasti udah tahu jawabannya kemudian sekarang pergi dari halaman ini, termotivasi menjadi orang jenius, lalu diberi gelar doktor honoris causa oleh salah satu perguruan tinggi tidak bernama di negeri ini. Tetap tenang bagi yang masih stay membaca tulisan tak beradab ini karena saya akan menjawab pertanyaan itu sebentar lagi. Setelah pesan-pesan berikut ini . . . . .




“Manfaatkanlah waktumu sebaik mungkin. Jangan sia-siakan waktumu untuk hal yang tak berguna, ngebaca blog ini misalnya” – Confuckcius, Filsuf KW2 China.





                Woke kembali lagi bersama tulisan saya. Hanya tulisan karena wujud saya yang sebenarnya sedang sibuk bersantai di suatu tempat indah yang jauh dari jangkauan masa lalu. Kembali ke topik, hubungan malem minggu dengan kaum pagan tentunya tak hanya sebatas kekasih gelap atau bahkan cuma gebetan tanpa jadian. Hubungan malem minggu dengan kaum pagan lebih kuat dan kental daripada itu. Malem minggu seakan menjadi istri ke nol (lebih dicintai dari istri pertama) bagi para kaum pagan. Begitu disayang-sayang karena dia menjadi simbol kebebasan dari hiruk pikuk pekerjaan sehari-hari. Begitu dikagum-kagumi karena dia menjadi awal kebahagian untuk menyembah sang matahari pujaan di hari minggu. Keantusiasan kaum pagan terhadap malem minggu pada jaman dulu disalurkan lewat update status dan menyinggung para kaum-kaum jomblo. Eh itu sekarang nding, kalo jaman dulu sih disalurkan lewat berkumpul nyanyi-nyanyi, menari, dan bertukar cerita dengan tetangga. Sambil minum-minum bir dan makan bersama juga bisa. Pokoknya mereka melepas stres agar di hari minggu tanpa beban pikiran dan penuh totalitas melakukan ritual penyembahan.
                Jelaslah sudah sekarang hubungan malem minggu dengan para kaum pagan. Ternyata mereka saudaraaaaah! *zoom in* ,*bicara dalam ati*, “aku nggak bisa biarin semua ini didengar banyak orang, atau harta warisan itu tak bisa jadi milikku, cih” *zoom out* ,*taruh racun di minumannya*. Bzzzzzt. Hubungan sebenarnya mereka memang saudara, karena malem minggu sudah seperti anak yang dilahirkan dari kepercayaan kaum pagan. Malem minggu yang jaman dulu kemudian mempunyai cucu cicit sampai dikenal dengan budaya malem mingguan yang kita kenal sekarang. Pemandangan berupa pasangan muda-muda yang saling pegangan tangan, makan malam, jalan-jalan, tebas-tebasan, bunuh-bunuhan kerap terlihat di tiap sudut kota dan losmen dikala malem minggu. Bagi yang enggak pacaran, mereka berkumpul di tempat-tempat gaul untuk sekedar berkumpul dan nongkrong. Tak lupa pula check-in via gamebot atau tamagochi biar eksis di mata khalayak ramai. Diantara kedua kelompok yang aktif di malem minggu tersebut ada kelompok yang begitu revolusioner memberi gebrakan baru pada malem minggu. Mereka berdiam diri di kamar sambil berfilsafat!!!!!!!. Wuihhh, hebat kan. Kelompok penyendiri ini biasanya mengelak dari tuduhan sebagai seorang jomblo gabut dan lebih memilih untuk berargumen bahwa mereka sedang memanfaatkan waktu sebaik mungkin tanpa hura-hura yang nggak penting.
                Terlepas dari bahasan termasuk yang manakah kelompokmu, hal tersebut bukanlah masalah yang penting. Masing-masing individu punya cara tersendiri untuk menggunakan waktunya. Ada kalanya kita memadu kasih, ada kalanya kita berbagi cerita pedih, dan ada kalanya kita sendirian istirahat dari letih. Semua kegiatan yang dilakukan tidak ada yang buruk, baik semua kok. Bagi yang merayakan malem mingguan berarti telah menjaga kelestarian budaya nenek moyang kita. Lalu bagi yang menyendiri dan tidak merayakan berarti sudah membuat sebuah gebrakan modern dari tradisi primitif itu tadi. Bukankah itu kolaborasi unik yang saling melengkapi?
Yuhuuu. Begitulah. Berakhir sudah pembahasan kajian historis amis tentang malem mingguan sebagai warisan budaya kaum pagan ini. Demigod, tidak ada unsur kesengajaan atau keseenakan untuk menyinggung kelompok tertentu.  Tulisan ini resmi hanya untuk berbagai informasi tanpa nasi atau unsur-unsur provokasi. Tapi saya minta maaf bila ada pihak yang tersinggung. Minta maaf juga bagi kelompok-kelompok yang tadi belum saya sebutkan seperti kelompok santri, kelompok pedangdut, kelompok oplosan, atau pun kelompok ekstrimis lainnya yang juga berkontribusi untuk menyemarakkan pagelaran malem minggu di seluruh penjuru dunia.
                Terimakasih sudah membacaaa~ edisi berikutnya akan dibahas tentang konspirasi malem minggu oleh para kapitalis dan mengapa saya bisa sok-sok eksis punya blog lagi. Yuhhuu, Babay~

Senin, 30 Desember 2013

Sejahat Jagad

Sebuah wadah eksperimental dari pikiran abnormal seorang manusia binal bermuatan netral serta bersifat sejahat jagad dalam semangat hebat membara mengangkat martabat.